Minggu, 30 Mei 2010

Samber Geledek

Dewasa ini kita masih sering menjumpai kalimat-kalimat yang menggunakan frase “sambar geledek” di dalamnya. Seperti kalimat dalam acara berita “Seorang petani tewas dengan luka bakar di sekujur tubuhnya setelah tersambar geledek” ataupun perkataan seseorang yang sedang membela diri “Sumpah disambar geledek Saya kalau berbohong”. Di dalam kedua kalimat tersebut, “tersambar geledek” ataupun “disambar geledek” sesungguhnya merupakan ketidaksepadanan bahasa antara bentuk terhadap realitas yang ada. Teori kesepadanan ini dalam Atomisme Logis Russell disebut dengan Teori Isomorfi, suatu bahasa harus memiliki hubungan lurus dengan dunia realita.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
• Menyambar : 1. Menangkap dengan cepat sambil terbang. 2. Menjilat dengan cepat 3. Mengenai 4. Merampas 5. Membawa lari
Tersambar : 1. Kena sambaran 2. Dapat disambar
• Geledek : guruh yang keras, suara menggelegar di udara (disebabkan oleh halilintar), Guntur.
Menurut Wikipedia
• Guruh/geledek adalah kata yang digunakan untuk mendeskripsikan gelombang kejut suara yang dihasilkan akibat terjadinya pemanasan dan pemuaian udara yang sangat cepat ketika dilewati oleh sambaran petir. Sambaran tersebut menyebabkan udara menjadi plasma dan langsung meledak.
Fenomena ini terjadi saat bersamaan dengan kilatan petir, tetapi suara gemuruhnya biasanya terdengar beberapa saat setelah kilatan terlihat.
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa kata “tersambar” memang sesuai dengan kenyataan di alam, kena sambaran. Namun kata “geledek” dalam “tersambar geledek” menunjukkan ketidaksepadanan dengan realita. Dari frase “tersambar geledek” ataupun “disambar geledek” akan didapatkan arti yang dengan menggabungan arti keduanya memunculkan makna kena sambaran dari suara yang yang menggelegar di udara disebabkan oleh halilintar atau petir. Tentu saja bukan itu yang dimaksudkan dengan realita “tersambar geledek” ataupun “disambar geledek”.
Dengan tidak sepadannya antara bentuk (X) dan realita (Y), teori isomorf Betrand Russell dalam “tersambar geledek”, penulis mencoba merekomendasikan pemecahan masalah tersebut dengan mencari arti kata dari “petir” dan “kilat”.
• Petir adalah kilatan listrik di udara disertai bunyi gemuruh kerena bertemunya listrik positif dan negatif. (KBBI)

Petir adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan dimana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan biasanya disebut kilat yang beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar sering disebut guruh. (Wikipedia)

• Kilat adalah cahaya yang berkelebatan dengan cepat di langit. (KBBI)
Dari pengertian di atas, pengungkapan “disambar geledek” yang tidak sepadan dengan realita nampaknya pantas diganti dengan “disambar petir”. Namun penulis marasa petir merupakan rangkaian peristiwanya, dan butuh alat didalam petir untuk melakukan sambaran hinnga menimbulkan geledek (suara). Kilat lah yang bekerja untuk melakukan sambaran-sambaran. Jadi, penulis menggunakan “disambar kilatan petir” untuk mengganti “disambar geledek”. Selain itu juga disebabkan karena kilat merupakan materi yang akan ditangkap inderawi selama terjadinya sambaran.
Dan geledek hanyalah gelombang kejut suara yang tentu saja akan mengejutkan pendengar, bukan menyambar “korban”. Jadi sikap atau tindakan “tiarap” saat mendengar geledek tidak akan ada gunanya karena sambaran terjadi saat kilat berkelebatan hingga menghantam sesuatu terutama udara.
Dalam dunia realita, kasus menyambar terjadi pada kucing. Kucing akan menggunakan terkamannya dalam menyambar atau menangkap seekor tikus. Tentu saja tikus tersebut tersambar oleh terkaman kucing,bukan suara berisik yang muncul karena sambaran si kucing.
Jadi, penulis menganggap bahwa “disambar geledek” atau “tersambar geledek” bukanlah bahasa yang sepadan dengan realita. Dan penulis menggunakan “disambar kilatan petir’ ataupun “tersambar kilatan petir” yang lebih menunjukkan kesepadanan dalam teori isomorfi Betrand Russell (X=Y).

Senin, 24 Mei 2010

baru jadi niiii.....

gara2 kebanyakan makan sambel pedes......